JAKARTA – Perusahaan kelapa sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJ) menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) pada 2018 naik 6,1 persen dibanding tahun 2017, dari 730.356 ton menjadi 774.567 ton. Sedangkan produksi minyak sawit mentah (CPO) pada 2018 ditargetkan naik 4,3 persen, dari 210.247 ton menjadi 219.284.
Kebun bibit sawit milik PT Permata Putera Mandiri, anak perusahaan ANJ, di Sorong, Papua Barat.
Lucas Kurniawan, Direktur Keuangan ANJ, menjelaskan bahwa produksi TBS dan CPO ditargetkan meningkat, karena pada 2017 produksi kebun di Ketapang, Kalimantan Barat, belum mencapai puncak. Kebun tersebut masih berusia muda. Sementara tahun ini akan ada penambahan jumlah lahan yang bisa dipanen, sehingga produksinya pun meningkat.
“Pada 2017, kebun Sumatra Utara 1 masih dalam masa pemulihan seusai kemarau panjang pada tahun 2016, dan baru mulai pulih kembali pada kuartal ketiga 2017 berkat dukungan cuaca yang membaik,” kata Lucas, seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima The Palm Scribe.
Lucas menjelaskan, target penjualan CPO pada 2018 pun akan selaras dengan target produksi CPO, yaitu kurang lebih akan naik 4 persen dibanding tahun lalu.
“ANJ selalu mengikuti perkembangan harga dan kebijakan-kebijakan pemerintah serta berbagai isu yang mempengaruhi harga CPO. Dari analisis pihak ketiga dan asosiasi (GAPKI), kami tetap optimistis bahwa harga CPO memiliki tren yang positif dalam jangka panjang,” kata Lucas.
Untuk mencapai target-target itu, Lucas memaparkan bahwa ANJ akan fokus mengembangkan kebun kelapa sawit di Papua Barat serta penyelesaian pembangunan pabrik kelapa sawit di Papua Barat. Perusahaan juga terus melanjutkan program peremajaan kebun sawit di Belitung dan Binanga, yang luasnya mencapai 1.500 hektare. Pada saat bersamaan, ANJ berupaya meningkatkan kinerja manajemen kebun dan pabrik untuk mencapai hasil panen dan ekstraksi minyak yang optimal.
Meski masih mengandalkan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama, pada 2018 ANJ terus melanjutkan pengembangan lini usaha non-sawit, yaitu penyelesaian pembangunan unit frozen line edamame di kuartal ketiga 2018 dan secara bertahap meningkatkanproduksi dan kualitas tepung sagu dari pabrik pengolahan sagu di Papua Barat. “Kami juga fokus untuk mendapatkan sertifikasi keamanan pangan, sehingga kami dapat memulai ekspor edamame beku di 2019,” kata Lucas.
Pembangunan pabrik edamame, menurut Lucas, berjalan sesuai jadwal. Seluruh pekerjaan pembangunan pabrik pemrosesan edamame beku ditargetkan akan rampung pada Q3 2018. “Kerja sama ANJ-Asia Foods untuk penjualan edamame baru akan memberikan kontribusi pada tahun 2019, yaitu saat kami memulai ekspor edamame beku,” ujar Lucas.
Sedangkan di sektor sagu, Lucas menjelaskan bahwa target produksinya akan terus diupayakan untuk ditingkatkan. “Kami masih melakukan uji coba dengan alat-alat panen dan produksi yang sesuai untuk tanaman sagu alam di Papua Barat. Uji coba ini kami harapkan dapat memberikan kesimpulan pada Q3 2018,” kata Kurniawan.
Lucas menyebut bahwa perusahaan akan membelanjakan modal sebesar kurang lebih Rp1,2 triliun tahun ini untuk, di antaranya pembangunan mill di Papua Barat (Rp189 miliar), pembangunan Infrastruktur di Papua Barat, penanaman bibit sawit di Papua, peremajaan di Belitung, dan pembangunan unit frozen line untuk ekspor edamame Rp86 miliar.