Bisnis Indonesia, 11 September 2018
Rencana untuk menggabungkan program peremajaan kelapa sawit dan Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) ditanggapi dingin oleh petani. Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia (SPKS) Mansuetus Darto mengatakan bahwa sebelum menggabungkan kedua kebijakan tersebut, pemerintah harus terlebih dahulu merevisi pedoman teknis untuk program peremajaan sawit. Dia mengatakan bahwa program peremajaan sawit hanya ditawarkan kepada petani dengan produktivitas di bawah 10 ton per hektar per tahun. Sementara banyak petani memiliki produktivitas lebih dari 11 ton per hektar per tahun. Hambatan lain untuk menerapkan kebijakan ini adalah perbedaan nama di sertifikat tanah dengan nama petani karena jual beli tanah oleh petani, katanya.